Dinda mulai
mengambil tempatnya diatas karpet yang hangat, udara di sekeliling mereka
memang tipis mengingat mereka berada di bawah tanah. Rio masih berpikir apa
yang ada diatas kepala mereka karena jalan menuju kamari saja seperti sebuah
labirin yang terbuat dari dinding kayu.
“Kau dan aku
sama-sama yatim-piatu.” Dinda memulainya dari penjelasan yang absurd bagi Rio,
tapi dia sama sekali tidak ingin menyela cerita yang akan dipaparkan Dinda
karena sudah begitu penasaran.
.
.
.
“Mereka
mengambil sempelnya dan mengujicobakan-nya pada manusia.” Dinda melihat ayahnya
yang menelepon dengan panik. Mata hitam pria itu begitu nyalang dan tampak
khawatir kemudian memandang Dinda yang ikut panik melihat ayahnya seperti itu.
“Aku akan segera
pergi.” suara diseberang sambungan tampak menanyakan kemana ia akan pergi,
“Aku akan keluar kota hari ini juga mungkin sekitar dua jam lagi. Baiklah
sampai jumpa, aku akan menghubungimu lagi.”
Dinda tampak
bingung dengan ayahnya yang bilang akan keluar kota dalam waktu dua jam, tapi
nyatanya ia sedang menumpahkan minyak diseluruh penjuru rumah dan menyalakan
korek api yang jelas akan membakar rumah mereka. Kemudian ayahnya langsung
membawa Dinda masuk kedalam mobil, pria itu menyetir sembarangan menuju sebuah jalan curam berjurang. Ia menurunkan
Dinda dan membiarkan mobilnya menyala.
Ayahnya
mendekatkan mobil ke tepi jurang yang pagar pembatasnya sudah dirusak akibat
mereka tabrak. Dinda benar-benar takut tadi saat ayahnya menyetir dengan
sembarangan sampai menabrak pagar pembatas. Tapi justru hal yang dilakukan
ayahnya lebih membuatnya bingung. Pria itu mendorong mobilnya masuk kedalam
jurang. Dan mulai berlari dengan kaki mereka sendiri.
Ayahnya membawa
ketepi hutan dan membuka pintu bawah tanah labirin yang nantinya akan menjadi
rumah mereka.’ Dinda sudah terlalu banyak diam melihat tingkah ayahnya. Gadis
itu mulai gerah dengan ajunya yang berlapis-lapis untuk daerah tropis dan
sarung tangan yang terus melekat sebelum ayahnya mulai menelepon tadi.
“Kau bisa
membuka bajumu.” Kata ayahnya mulai tenang, “Semua itu untuk baju ganti kita
selama tinggal di sini.” Pria itu juga melepas sarung tangannya.
Dia melambaikan
sarung tangannya pada Dinda, “Ini untuk menghilangkan jejak kita.” Kemudian dia
melepas baju-bajunya,”Ini untuk kita, jadi tidak usah membawa ransel ataupun
koper.” Ayahnya sedang mengajari Dinda untuk melarikan diri. Dinda sadar kini
hidupnya tidak dapat terus tenang.
“Kenapa kita
seperti ini?” Dinda melepas rangkap terakhir bajunya, “Apa berhubungan dengan
obat yang ayah suntikan padaku kemarin?”
Ayahnya terlihat
sedih dan terpukul, “Ya,” ia hampir berteriak kekita mengucapkan kata itu, ia seperti sedang bergumam sendiri.
Dinda mulai
menyadari perbedaan diri muali saat itu, dia dapat mengetahui apa yang sedang terjadi
di kota baik itu secara global maupun mendetail. Dinda memanfaatkan hal itu
untuk mencari makanan di sekitar hutan dan akhirnya menemukan gua dibalik air
terjun. Rumahnya sudah di buat sedemikian rupa dengan listrik yang sudah
tersambung jauh dan rahasia. Hanya saja manusia tetap membutuhkan air dan
makanan, jadi mereka banyak menyetok makanan kaleng yang diantar oleh kurir
dari desa sebelah dengan sangat rahasia. Kurir itu adalah sahabat kecil ayahnya
dulu.
Ayahnya menbuat
saluran air kerumahnya dari air terjun itu. Pria itu semakin terlihat linglung
dan membeberka semua rahasianya pada Dinda yang masih anak-anak saat itu.
Kinerja otak Dinda semakin meningkat drastis ia bahkan mengetahui semua berita
tanpa membaca Koran ataupun menonton tv.
Satu rahasia
lagi yang diungkapkan ayahnya, bahwa serum itu di ujicobakan ke empat anak
lainnya. Anak-anak itu memiliki keriteria khusus. Mereka yatim-piatu dan
memiliki kecerdasan yang cukup dan daya tahan tubuh yang terkuat. Rio adalah
salah satu dari delapan anak itu.
.
.
.
“Aku?” Tanya Rio
menyadari Dinda tidak main-main, sebuah lelucon yang sangat serius jika itu
sebuah lelucon. Mereka sudah sangat jauh dari kota kalau memang ini hanya
lelucon.
“Ya, orang yan
ditelepon ayahku lah pengkhianatnya. Dia mencari kami dan dapati mobil ayah
berada di dalam jurang tanpa penumpangnya. Aku sering memperhatikan rumahmu dan
orang itu sering datang mengaku sebagai sanak keluargamu.” Dinda menyesap
sedikit udara dari mulutnya, “Om Yoga.”
Rio
terperanggah, om Yoga adalah orang paling baik yang pernah ia kenal. Rasanya ia
ingin sekali membantah semua kata-kata Dinda saat ini. Tapi ada sosok dalam
dirinya yang berkata semua itu benar, bahkan sosok itu meyakinkan dirinya untuk
percaya pada Dinda.
“Ayah dan ibuku?
Lalu ayah dan ibumu yang datang waktu pendaftaran sekolah.” Rio mempertanyakan
semuanya yang ia bingungkan.
“Om Yoga yang
membuat ilusi tentang ayah dan ibumu. Kau pasti tidak memiliki kenangan dengan
ayah dan ibumu sebelum umur delapan tahun?” Dinda melirik pada Rio dan
tersenyum manis.
“Ya, memang.”
Rio diceritakan ibunya kalau dia jatuh dengan luka kepala yang parah.
“Aku juga
melakukan hal itu pada pasangan Subagio, mereka tidak memiliki anak dan
tiba-tiba mereka merasa memiliki anak yang umurnya sudah 14 tahun. Sebuah
manipulasi ingatan yang ku lakukan selama setahun penuh. Aku dulu berpura-pura
menjadi anak lugu yang tinggal di panti asuhan untuk mendekati pasangan itu
sebelum mereka pindah ke depan rumahmu. Setelah ibu percaya aku mulai menghasut
ayah dan akhirnya mereka memiliki ingatan kalau mereka memiliki anak kandung,
begitu juga kamu.”
“Dalam usia itu
kau sudah bisa melakukan seperti itu.” Desis Rio terdengar takut dan takjub
sekaligus.
“Kau adalah
percobaan serum pertama yang masih banyak kurangnya, sehingga mereka tidak
melirikmu kecuali om Yoga yang selalu mengawasi perkembanganmu. Mereka
menganggap hanya kemajuan dan intelektual saja yang kau bisa kau tidak dapat
bergerak dengan gesit.
Aku khawatir
pada anak yang keempat, sepertinya mereka menanamkan doktrin yang salah yang
menguntungkan bagi mereka sendiri.”
“Siapa mereka?”
Rio meluruskan kakinya yang mulai terasa kesemutan.
“I Group, mereka
perusahaan besar yang bekerja dalam banyak bidang.” Rio terperanggah mendengar
hal itu, lebih kaget lagi Rio tahu siapa yang memiliki I Group.
Dinda berdiri
mengambil beberapa biskuit dan membawanya kehadapan mereka. Dinda mengunyah
dengan ringan tanpa peduli Rio yang masih terkejut mendengar semua cerita yang
benar-benar terdengar seperti film. Tapi entah kenapa Rio benar-benar percaya
dengan semua perkataan Dinda yang jika di dengar dengan berpikir jernih
benar-benar ngawur.
Rio berusaha
mengerti mata Dinda yang menatap lurus pada matanya walaupun tatapan itu penuh
percaya diri kalau dia benar tetap Rio menangkap suatu rahasia yag belum
diceritakan. Entahlah dia tidak bisa menjelaskan pada pikirannya sendiri
tentang satu rahasia Dinda yang tidak terungkapkan. Rio berpikir tidak hanya empat anak seperti yang dikatakan Dinda, bahkan Dinda sendiri sepertinya
memiliki hal yang sama seperti Rio. Jika Dinda berkata dia hanya unggul
intelegensi tapi ada selubung baru yang terbuka setelah mengetahui ada
manipulasi antara dia dan orang tuanya.
“Kau mengira aku
sama seperti anak-anak percobaan yang lain.” tanpa dosa Dinda mengatakan secara
tidak langsung mengatakan Rio adalah anak percobaan.
Rio menghela
napas sebal mengerti arti kata Dinda, “Ayahku tidak pernah tega menyuntikan
apapun pada anaknya sendiri apalagi hasil penelitiannya.” Dinda mengigit lagi
biskutinya.
“Lalu kenapa kau
sangat aneh.” tanya Rio tidak canggung-canggung lagi.
“Aku tidak aneh
kalianlah yang aneh.” Dinda benar-benar percaya diri.
“Baiklah selamat
tidur.” balas Rio sebal sambil menjatuhkan diri diatas karpet .
The Best Casino Sites for Slots and Other Games in the UK | LuckyClub
BalasHapusIf you're looking for one of the best casino sites in the UK luckyclub.live you're always looking for a huge range of slots to play, as well as table games and