Selasa, 21 Januari 2014

Di Balik Sinar, Bab 3


Dinda mulai mengambil tempatnya diatas karpet yang hangat, udara di sekeliling mereka memang tipis mengingat mereka berada di bawah tanah. Rio masih berpikir apa yang ada diatas kepala mereka karena jalan menuju kamari saja seperti sebuah labirin yang terbuat dari dinding kayu.
“Kau dan aku sama-sama yatim-piatu.” Dinda memulainya dari penjelasan yang absurd bagi Rio, tapi dia sama sekali tidak ingin menyela cerita yang akan dipaparkan Dinda karena sudah begitu penasaran.
.
.
.
“Mereka mengambil sempelnya dan mengujicobakan-nya pada manusia.” Dinda melihat ayahnya yang menelepon dengan panik. Mata hitam pria itu begitu nyalang dan tampak khawatir kemudian memandang Dinda yang ikut panik melihat ayahnya seperti itu.
“Aku akan segera pergi.” suara diseberang sambungan tampak menanyakan kemana ia akan pergi, “Aku akan keluar kota hari ini juga mungkin sekitar dua jam lagi. Baiklah sampai jumpa, aku akan menghubungimu lagi.”
Dinda tampak bingung dengan ayahnya yang bilang akan keluar kota dalam waktu dua jam, tapi nyatanya ia sedang menumpahkan minyak diseluruh penjuru rumah dan menyalakan korek api yang jelas akan membakar rumah mereka. Kemudian ayahnya langsung membawa Dinda masuk kedalam mobil, pria itu menyetir sembarangan menuju  sebuah jalan curam berjurang. Ia menurunkan Dinda dan membiarkan mobilnya menyala.
Ayahnya mendekatkan mobil ke tepi jurang yang pagar pembatasnya sudah dirusak akibat mereka tabrak. Dinda benar-benar takut tadi saat ayahnya menyetir dengan sembarangan sampai menabrak pagar pembatas. Tapi justru hal yang dilakukan ayahnya lebih membuatnya bingung. Pria itu mendorong mobilnya masuk kedalam jurang. Dan mulai berlari dengan kaki mereka sendiri.
Ayahnya membawa ketepi hutan dan membuka pintu bawah tanah labirin yang nantinya akan menjadi rumah mereka.’ Dinda sudah terlalu banyak diam melihat tingkah ayahnya. Gadis itu mulai gerah dengan ajunya yang berlapis-lapis untuk daerah tropis dan sarung tangan yang terus melekat sebelum ayahnya mulai menelepon tadi.
“Kau bisa membuka bajumu.” Kata ayahnya mulai tenang, “Semua itu untuk baju ganti kita selama tinggal di sini.” Pria itu juga melepas sarung tangannya.
Dia melambaikan sarung tangannya pada Dinda, “Ini untuk menghilangkan jejak kita.” Kemudian dia melepas baju-bajunya,”Ini untuk kita, jadi tidak usah membawa ransel ataupun koper.” Ayahnya sedang mengajari Dinda untuk melarikan diri. Dinda sadar kini hidupnya tidak dapat terus tenang.
“Kenapa kita seperti ini?” Dinda melepas rangkap terakhir bajunya, “Apa berhubungan dengan obat yang ayah suntikan padaku kemarin?”
Ayahnya terlihat sedih dan terpukul, “Ya,” ia hampir berteriak kekita mengucapkan kata itu,  ia seperti sedang bergumam sendiri.
Dinda mulai menyadari perbedaan diri muali saat itu, dia dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di kota baik itu secara global maupun mendetail. Dinda memanfaatkan hal itu untuk mencari makanan di sekitar hutan dan akhirnya menemukan gua dibalik air terjun. Rumahnya sudah di buat sedemikian rupa dengan listrik yang sudah tersambung jauh dan rahasia. Hanya saja manusia tetap membutuhkan air dan makanan, jadi mereka banyak menyetok makanan kaleng yang diantar oleh kurir dari desa sebelah dengan sangat rahasia. Kurir itu adalah sahabat kecil ayahnya dulu.
Ayahnya menbuat saluran air kerumahnya dari air terjun itu. Pria itu semakin terlihat linglung dan membeberka semua rahasianya pada Dinda yang masih anak-anak saat itu. Kinerja otak Dinda semakin meningkat drastis ia bahkan mengetahui semua berita tanpa membaca Koran ataupun menonton tv.
Satu rahasia lagi yang diungkapkan ayahnya, bahwa serum itu di ujicobakan ke empat anak lainnya. Anak-anak itu memiliki keriteria khusus. Mereka yatim-piatu dan memiliki kecerdasan yang cukup dan daya tahan tubuh yang terkuat. Rio adalah salah satu dari delapan anak itu.
.
.
.
“Aku?” Tanya Rio menyadari Dinda tidak main-main, sebuah lelucon yang sangat serius jika itu sebuah lelucon. Mereka sudah sangat jauh dari kota kalau memang ini hanya lelucon.
“Ya, orang yan ditelepon ayahku lah pengkhianatnya. Dia mencari kami dan dapati mobil ayah berada di dalam jurang tanpa penumpangnya. Aku sering memperhatikan rumahmu dan orang itu sering datang mengaku sebagai sanak keluargamu.” Dinda menyesap sedikit udara dari mulutnya, “Om Yoga.”
Rio terperanggah, om Yoga adalah orang paling baik yang pernah ia kenal. Rasanya ia ingin sekali membantah semua kata-kata Dinda saat ini. Tapi ada sosok dalam dirinya yang berkata semua itu benar, bahkan sosok itu meyakinkan dirinya untuk percaya pada Dinda.
“Ayah dan ibuku? Lalu ayah dan ibumu yang datang waktu pendaftaran sekolah.” Rio mempertanyakan semuanya yang ia bingungkan.
“Om Yoga yang membuat ilusi tentang ayah dan ibumu. Kau pasti tidak memiliki kenangan dengan ayah dan ibumu sebelum umur delapan tahun?” Dinda melirik pada Rio dan tersenyum manis.
“Ya, memang.” Rio diceritakan ibunya kalau dia jatuh dengan luka kepala yang parah.
“Aku juga melakukan hal itu pada pasangan Subagio, mereka tidak memiliki anak dan tiba-tiba mereka merasa memiliki anak yang umurnya sudah 14 tahun. Sebuah manipulasi ingatan yang ku lakukan selama setahun penuh. Aku dulu berpura-pura menjadi anak lugu yang tinggal di panti asuhan untuk mendekati pasangan itu sebelum mereka pindah ke depan rumahmu. Setelah ibu percaya aku mulai menghasut ayah dan akhirnya mereka memiliki ingatan kalau mereka memiliki anak kandung, begitu juga kamu.”
“Dalam usia itu kau sudah bisa melakukan seperti itu.” Desis Rio terdengar takut dan takjub sekaligus.
“Kau adalah percobaan serum pertama yang masih banyak kurangnya, sehingga mereka tidak melirikmu kecuali om Yoga yang selalu mengawasi perkembanganmu. Mereka menganggap hanya kemajuan dan intelektual saja yang kau bisa kau tidak dapat bergerak dengan gesit.
Aku khawatir pada anak yang keempat, sepertinya mereka menanamkan doktrin yang salah yang menguntungkan bagi mereka sendiri.”
“Siapa mereka?” Rio meluruskan kakinya yang mulai terasa kesemutan.
“I Group, mereka perusahaan besar yang bekerja dalam banyak bidang.” Rio terperanggah mendengar hal itu, lebih kaget lagi Rio tahu siapa yang memiliki I Group.
Dinda berdiri mengambil beberapa biskuit dan membawanya kehadapan mereka. Dinda mengunyah dengan ringan tanpa peduli Rio yang masih terkejut mendengar semua cerita yang benar-benar terdengar seperti film. Tapi entah kenapa Rio benar-benar percaya dengan semua perkataan Dinda yang jika di dengar dengan berpikir jernih benar-benar ngawur.
Rio berusaha mengerti mata Dinda yang menatap lurus pada matanya walaupun tatapan itu penuh percaya diri kalau dia benar tetap Rio menangkap suatu rahasia yag belum diceritakan. Entahlah dia tidak bisa menjelaskan pada pikirannya sendiri tentang satu rahasia Dinda yang tidak terungkapkan. Rio berpikir tidak hanya empat anak seperti yang dikatakan Dinda, bahkan Dinda sendiri sepertinya memiliki hal yang sama seperti Rio. Jika Dinda berkata dia hanya unggul intelegensi tapi ada selubung baru yang terbuka setelah mengetahui ada manipulasi antara dia dan orang tuanya.
“Kau mengira aku sama seperti anak-anak percobaan yang lain.” tanpa dosa Dinda mengatakan secara tidak langsung mengatakan Rio adalah anak percobaan.
Rio menghela napas sebal mengerti arti kata Dinda, “Ayahku tidak pernah tega menyuntikan apapun pada anaknya sendiri apalagi hasil penelitiannya.” Dinda mengigit lagi biskutinya.
“Lalu kenapa kau sangat aneh.” tanya Rio tidak canggung-canggung lagi.
“Aku tidak aneh kalianlah yang aneh.” Dinda benar-benar percaya diri.
“Baiklah selamat tidur.” balas Rio sebal sambil menjatuhkan diri diatas karpet .

1 komentar:

  1. The Best Casino Sites for Slots and Other Games in the UK | LuckyClub
    If you're looking for one of the best casino sites in the UK luckyclub.live you're always looking for a huge range of slots to play, as well as table games and

    BalasHapus